Rabu, 04 September 2013

IDENTITAS MUSLIMAH

Jilbab Identitas Muslimah




Oya, sedikit nih perbedaan antara kerudung dan jilbab. Jilbab bermakna milhâfah (baju kurung atau semacam abaya yang longgar dan tidak tipis), kain (kisâ’) apa saja yang dapat menutupi, atau pakaian (tsawb) yang dapat menutupi seluruh bagian tubuh. Di dalam kamus al-Muhîth dinya­takan demikian: Jilbab itu laksana sirdâb (tero­wongan) atau sinmâr (lorong), yakni baju atau pakaian yang longgar bagi wanita selain baju kurung atau kain apa saja yang dapat menutupi pakaian kesehariannya seperti halnya baju kurung.
Nah, kalo kamu pengen tahu penjelasan tambahannya, ada juga keterangan dalam kamus ash-Shahhâh, al-Jawhârî menyatakan: Jilbab adalah kain panjang dan longgar (milhâfah) yang sering disebut mulâ’ah (baju kurung). Begitu sobat. Moga aja setelah ini nggak kebalik-balik lagi ketika membedakan antara jilbab dan kerudung.
Jadi pakaian muslimah itu? Nah, yang dimaksud pakaian muslimah, dan itu sesuai syariat Islam, adalah jilbab plus kerudungnya. Dan itu wajib dikenakan ketika keluar rumah atau di dalam rumah ketika ada orang asing (baca: bukan mahram) yang kebetulan sedang bertamu ke rumah kita or keluarga kita. Firman Allah Swt. (yang artinya): “Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbab-nya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS al-Ahzab [33]: 59)
Bro en Sis, dengan penjelasan ini semoga kamu jadi tambah paham: apa itu jilbab, pebedaannya dengan kerudung, dan konsekuensinya ketika mengenakan jilbab. Itu sebabnya, kamu jadi tidak mudah tergoda dengan “modifikasi” kerudung (dan jilbab) yang kini lebih tren disebut hijab. Itu sebabnya, mengenakan busana muslimah yang seharusnya simpel dan mudah, jadi ribet karena banyaknya aturan dan style dalam mengenakannya. Ujung-ujungnya malah lebih jadi sebagai ajang pamer fashion karena ada kontesnya dan komunitasnya. Di satu sisi sudah bagus ada semangat untuk kampanyekan hijab, tetapi di sisi lain banyak hal syar’i yang dilanggar. Ah, ini tipu daya dari ilusi sekularisme, Non!
Ya, sekularisme yang merupakan ‘akidah’ kapitalisme dengan mesin politiknya bernama demokrasi telah menyulap kaum muslimin hanya percaya dengan simbol keagamaan tapi miskin pelaksanaan ideologinya. Lihat saja, bertaburannya simbol-simbol agama dan poin-poin aturan syariat jadi tidak ada gunanya. Bahkan itu adalah bagian dari upaya menghina ajaran Islam itu sendiri. Wallahu’alam.
Oke deh, sebagai catatan terakhir, Islam udah ngasih aturan yang jelas. Sehingga kita seharusnya bisa menerima Islam sepenuh pikiran dan perasaan kita. Nggak ada lagi deh, demi alasan tren, syariat hanya dijadikan penarik simpati masyarakat sambil melakukan pembodohan terhadap mereka. Nggak banget! Jangan sampe kita dibenci oleh Allah Swt. karena kita melanggar (bahkan senantiasa) membangkang perintahNya. Naudzubilah min dzalik. Yuk, kita mulai belajar Islam lebih dalam, lebih luas. Tetap semangat!

Salam,
O. Solihin




Tidak ada komentar: